Indonesia memang kaya akan ragam budaya. Entah berapa banyak aneka aksara dan bahasa yang ada berdasarkan hasil intelektual suku bangsa dari Sabang sampai Merauke. Hingga akhirnya hari ini saya membaca sebuah artikel tentang Aksara Incung milik Suku Kerinci, Provinsi Jambi. Jujur saja, baru hari ini lho, saya tahu ada Aksara Incung. Bagaimana dengan greeners? Sudah pernah tahu sebelumnya?
Penasaran dengan Aksara Incung, saya menjelajah ke dunia maya terkait aksara ini. Ternyata banyak ulasan tentang Aksara Incung Kerinci. Sekilas, Aksara Incung ini hanya berupa guratan-guratan garis, checklist, sama dengan, gelombang, plus, minus, dan lain sebagainya. Tidak terlihat seperti sebuah aksara seperti halnya Aksara Jawa yang selama ini saya pelajari. Tapi, ternyata, Aksara Incung ini tidak kalah menariknya untuk dihayati.
Aksara Incung konon katanya sudah digunakan sejak abad ke-4 Masehi. Bahkan lebih awal dibandingkan bahasa Arab dan Melayu Kerinci. Aksara ini mirip dengan tulisan paku aksara Babilonia kuno.
DR.P.Voorhove (peneliti asal Belanda 1941), mengatakan bahwa Aksara Incung masih digunakan oleh masyarakat Kerinci hingga tahun 1825, akan tetapi memasuki abad 21 sampai hari ini hanya beberapa orang saja yang mampu memahami aksara tersebut. Itupun sudah berusia lanjut, seperti Depati H. Amiruddin Gusti (85 tahun), Depati H. Alimin (65 tahun), IskandarZakaria (75 tahun), Depati H. A. Norewan, BA (75 tahun), Depati Ujang, lainnya sudah meninggal dunia.
Nah, di antara greeners di sini ada yang tertarik untuk melestarikan Aksara Incung Kerinci? Terutama teman-teman asal Jambi nih! Ada PR besar untuk melestarikannya sebelum dilestarikan oleh bangsa lain!