Tak terasa rangkaian seleksi warga Kampung Komunitas Ibu Profesional tahun 2021/2022 sudah mencapai puncaknya. Proses yang sangat panjang yaitu kurang lebih sekitar 5 bulan masa seleksi untuk benar-benar nantinya akan dinyatakan lulus atau tidak lulus masuk sebagai warga Kampung Komunitas Ibu Profesional. Mungkin hal ini untuk menyaring calon warga-warga mana saja yang serius dan hanya coba-coba saja. Saya sendiri belum 100% yakin akan lulus karena keterbatasan diri saya sebagai seorang ibu rumah tangga dengan segala tantangannya. Besar harapan bisa lulus menjadi warga Kampung Komunitas Ibu Profesional agar tak lagi menjadi katak dalam tempurung. Ingin membuka wawasan lebih luas lagi dan memaksimalkan potensi diri yang ada setelah hampir 5 tahun menarik diri dari segala aktivitas berkomunitas. Di akhir rangkaian kali ini, kami para calon warga kampung komunitas diminta untuk membuat Festival Warga antar regional. Sungguh tantangan yang sangat menarik karena pastinya harus menyatukan ide dari berbagai regional dalam satu kegiatan dalam waktu yang singkat. Nah, apa saja Festival Warga kali ini? Yuk, kita simak beberapa resume dari 4 Festival Warga berikut!
Kali ini, kami para Calon Warga Komunitas dibagi dalam 4 kelompok besar untuk membuat Festival Warga yang disajikan via Zoom. Berikut beberapa Festival Warga yang ditampilkan:
Festival Warga 1 dari regional Babel, Bandung, Cianjur, Depok, Jember, Jogja, Sulteng, Banyumas Raya, Kalsel, Payakumbuh, Pekanbaru, dan Prabumulih menyajikan topik yang sangat menarik yaitu Membangun dan Menumbuhkan Rasa Percaya Diri dalam Berkomunitas Bagi Wanita. Jujur, menjadi ibu rumah tangga membuat saya tidak terlalu percaya diri dalam berkomunitas. Bukan karena melihat profesi IRT sebagai profesi yang biasa saja, tetapi lebih kepada kemampuan diri dalam membagi waktu untuk keluarga dan komunitas. Apalagi saya tinggal di daerah yang cukup jauh dari regional terdekat saya. Meskipun saya sangat ingin berkomunitas, tetapi saya pun tidak ingin membebani komunitas karena mungkin akan sangat jarang bisa berkontribusi aktif secara fisik. Namun ternyata, hal ini pun juga dialami oleh beberapa ibu, maka yang paling penting adalah kejujuran mengatakan keterbatasan kita kepada anggota yang lain. Dan, menawarkan diri untuk mengambil peran yang sekiranya bisa menyesuaikan dengan kondisi kita. Oleh sebab itu, saya pun mulai percaya diri dan berencana akan menawarkan diri sebagai content writer sesuai kemampuan saya, jika diperkenankan. Saya sudah terbiasa untuk melakukan pekerjaan jarak jauh atau remote job baik sebelum atau selama pandemi. Dan, saya rasa teman-teman juga sudah mulai terbiasa. Semoga jika saya lulus menjadi warga kampung komunitas, saya bisa berkontribusi maksimal. Tentu, pertemuan secara luring tetap akan saya upayakan karena pastinya akan memberikan insight baru saat bertemu.
Festival Warga 2 membahas tentang Mengolah Sampah Menjadi Berkah yang saat ini menjadi hot issue di berbagai kalangan terutama komunitas pecinta lingkungan. Bumi memang sudah semakin tua dengan segala beban sampah yang harus ditanggungnya. Namun, kesadaran akan mengelola sampah belumlah banyak diminati oleh beberapa kalangan. Beberapa di antaranya masih beranggapan bahwa pengelolaan sampah sudah menjadi tugas Dewan Lingkungan Hidup (DLH), padahal tanpa dibantu oleh masyarakat bijak mengelola sampah, maka akan menjadi percuma. Paling tidak, kita membantu untuk memilah sampah agar DLH makin mudah dalam mengolahnya. Terlebih, bagi sebagian orang yang kreatif, sampah pun bisa mendatangkan berkah. Ke depannya, mungkin akan lebih baik jika pemerintah pun mau membantu pemasaran produk-produk sampah sehingga makin banyak orang yang berminat mengolahnya.
Topik yang diangkat di Festival Warga 3 kali ini menjadi favorit saya karena membahas tentang Deteksi Dini Kesehatan Mental Ibu. Sebab, beberapa kenalan dekat saya saat ini sedang berjuang memulihkan kesehatan mentalnya. Ada yang terkena baby blues dan post partum depression ada pula yang sedang berjuang mengikhlaskan kenangan buruk pada inner child-nya. Saya belum sempat untuk menuliskan resumenya, rencana akan saya selesaikan minggu ini agar bisa dibaca ulang oleh teman-teman dan mungkin juga bermanfaat bagi pembaca lain.
Terakhir, yaitu Festival Warga 4 yang kebetulan saya ada di dalamnya. Kelompok kami mengangkat tema Eduvacation Virtual karena kebetulan kami presentasi di akhir dan pas pada masa liburan. Tak sembarang liburan, maka waktu yang sangat dicintai oleh seluruh anggota keluarga ini semoga bisa juga memberikan banyak ilmu dan pengalaman baru. Kali ini saya mengangkat wisata edukasi di Kampung Singkong Salatiga, yaitu 7 Eduvacation Argotelo Salatiga yang Wajib Dicoba Bersama Keluarga.
Alhamdulilah, dengan berakhirnya Festival Warga, berakhir pula rangkaian seleksi calon warga Kampung Komunitas. Semoga memberikan hasil yang terbaik, terlebih semoga bisa memberikan manfaat kepada banyak orang.